Blang Cirih| suara-aceh.com- Perguruan Tinggi mempunyai kewajiban melaksanakan dan mengimplementasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi, salah satunya adalah pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat. Program ini dapat dilaksanakan dalam berbagai kegiatan di antaranya pelaksanaan pelatihan dan keterampilan pemanfaatan hasil pertanian sebagai Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), pengolahan barang-barang bekas menjadi benda yang bermanfaat, penyuluhan, pembuatan pupuk dan lain-lain.
Program pengabdian masyarakat pada perguruan tinggi yang melibatkan mahasiswa, Dosen Pendamping Lapangan (DPL), Tim Monitoring dan Evaluasi adalah Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) sebagaimana yang di laksanakan di Universitas Islam Kebangsaan Indonesia (Uniki).
KKM ke IV tahun 2025 mengusung tema Optimalisasi Peran Mahasiswa dalam bidang Edukasi Teknologi, Pertanian dan UMKM untuk Pengembangan Desa di Kabupaten Bireuen. Tahun ini KKM di sebar dalam empat kecamatan, yaitu Kecamatan Peusangan Siblah Krueng, Kuta Blang, Gandapura dan Kecamatan Makmur dengan lokasi penempatan masing-masing sepuluh desa, jumlah mahasiswa per desa rata-rata 8 orang.
Tiga gampong yang menjadi tugas saya sebagai Tim Monitoring dan evaluasi yaitu Teupin Raya, Blang Cirih dan Rambong Payong, yang pertama Teupin Raya, ada 146 KK yang tercatat sebagai warga tetap, sebagian besar penduduknya adalah petani kebun, ada juga yang berprofesi sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN), pegawai swasta serta ibu rumah tangga.
Kegiatan kelompok salah satunya adalah pemasangan plang jalan dan lorong yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat dan pendatang, banyak tamu sering salah jalan karena tidak ada penunjuk arah, berikutnya pembuatan gapura gampong. Ada 8 kegiatan individu sesuai dengan jumlah peserta KKM yang ditempatkan di gampong ini, diantaranya edukasi UMKM sejak usia dini, celeng cerdas, mahasiswa juga ikut mengajar di sekolah yang ada di gampong.
Kekompakan peserta KKM dengan masyarakat terlihat dalam keikutsertaan mereka dalam setiap kegiatan, di bawah komando Keuchik Saifuddin, A.Md, pelaksanaan KKM berjalan lancar dan dapat dirasakan langsung manfaatnya oleh masyarakat gampong. Pada saat kunjungan kami, beliau turut hadir dan memberikan penjelasan tentang kegiatan yang dilaksanakan oleh mahasiswa.
Blang cirih merupak gampong kedua yang saya kunjungi, di bawah pembinaan keuchik Marsuni gampong ini mampu menjaga warisan leluhur dan kearifan lokal, namun sayangnya kami tidak bertemu karena beliau ada kegiatan lain. Ada 126 KK yang tercatat di gampong ini, penduduknya rata-rata berprofesi petani, ASN, pegawai swasta dan Ibu Rumah Tangga.
Sebagian besar penduduknya adalah perempuan sedangkan yang laki-laki terutama anak muda pergi merantau keluar Aceh, ada juga yang keluar negeri. Program kerja kelompok KKM di gampong ini pada umunya sama dengan gampong yang lain karena mengusung tema yang sama, namun untuk kegiatan individu sedikit berbeda, ada mahasiswa program studi manajemen yang mengajarkan kaligrafi dan merajut serta pengenalan komputer kepada anak-anak yang bertempat di meunasah gampong.
Ada program yang sudah di rencanakan oleh mahasiswa tetapi tidak dapat dilaksanakan karena di gampong ini tidak ada sekolah sehingga anak-anak masyarakat sekolah ke gampong yang lain dan tidak ada UMKM, menghadapi hal ini para mahasiswa menggantinya dengan kegiatan yang lain.
Aparatur gampong sangat mendukung program mahasiswa salah satunya adalah menyediakan peralatan kerja, dukungan masyarakat juga terlihat sebagaimana pada saat kami kunjungi, banyak warga yang mengantarkan anaknya untuk les dan mewarnai celengan, seperti anak kak Nong, perempuan enerjik yang sering membantu kegiatan mahasiswa KKM.
Di gampong ini ada seorang perempuan yang sudah berusia lanjut tetapi masih aktif membuat atap dari daun pohon rumbia / sagu, dalam bahasa Aceh disebut oun Meuriya. Perempuan itu bernama Sakdiah Yusuf, warga asli Blang cirih ini sudah memulai usahanya sejak usia muda, kemampuan yang dimiliki merupakan warisan dari orangtuanya. Walaupun usianya ± 70 tahun, tetapi kemahirannya menganyam atap dari daun rumbia, diakui oleh warga setempat, cekatan dan cepat selesai.
Nek Sakdiah bercerita bahwa bahan utama untuk membuat atap oun meriya diperoleh dari warga atau di upahkan untuk mencarinya. Pohon rumbia banyak tumbuh bebas di gampong ini dan siapa saja boleh memetiknya. Daun segar yang didapat dipotong persisi untuk menghindari daun itu rusak maka posisinya harus rendah. Setelah daun terkumpul disiram sedikit dengan air agar selalu segar, kemudian bahan kedua adalah bak bili atau dalam bahasa Indonesia di sebut dengan tumbuhan bemban, dalam bahasa ilmiahnya Donax canniformis.
Bak bili memiliki batang lunak dan berserat, yang kemudian digunakan sebagai bahan baku utama untuk membuat berbagai produk anyaman tradisional seperti keranjang, tas, dan tutup saji serta atap daun pohon rumbia.
Bahan yang ke tiga adalah kayu ukuran 2.10 meter atau disesuaian dengan permintaan, biasanya pohon pinang, bambu atau sejenisnya untuk gagang daun. Daun-daun disusun dalam satu lapis, dua lapis dan tiga lapis, kemudian dijahit menggunakan batang bili atau rotan yang telah di olah tergantung kebiasaan membuatnya atau sesuai pesanan, yang paling bagus adalah yang tiga lapis, harganya juga sedikit berbeda dari yang lain.
Jika ada pesanan dalam jumlah banyak ada yang membantu, ongkos per batang Rp. 2.000, dengan harga jual per batang Rp. 8.000,-. Jumlah yang mampu diselesaikan 15 batang per hari, mulai dikerjakan pukul 08.00 – 17.00 Wib, perkiraan untuk satu gagang menghabiskan waktu 15 sampai 20 menit. Batang pohon rumbia juga dapat digunakan untuk tepung sagu.
Mahasiswa yang memiliki program mandiri bidang IT, hendaknya membantu nek Sakdiah untuk mempromiskan melalui media elektronik termasuk di Medsos, ternyata di era serba modern saat ini kebutuhan atap daun rumbia masih banyak peminatnya, ada yang dikirim ke luar Bireuen seperti Banda Aceh.
Sebagai penutup kegiatan monev yang kami kunjungi adalah gampong Rambong Payong. Gampong ini dikenal dengan UMKM produk teh daun kelor yang sudah di pasarkan ke berbagai kota. Program kegiatan KKM kelompok pembuatan photo booth, plang jalan, pembuatan tong sampah minim asap, serta kegiatan individu seperti pengolahan sampah menjadi hasil karya yang bernilai.
Kekompakan peserta KKM juga terlihat dari pakaian seragam yang digunakan, aparatur gampong sangat mendukung setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh peserta KKM. Bimbingan DPL yang baik juga tidak kalah penting dari keberhasilan KKM.
Di Gampong ini terdapat salah satu Sekolah Lansia yang baru diresmikan beberapa bulan yang lalu, satu lagi ada di gampong Juli Keude Dua, Program ini bertujuan untuk memberantas buta aksara di kalangan lansia. (CB)

