Pidie Jaya|suara-aceh.com- Cucu Sultan Aceh, Cut Putri, yang juga merupakan Pemimpin Darud Donya Aceh, menyatakan bahwa Kesultanan Aceh Darussalam merupakan pusat pendidikan dan peradaban dunia, khususnya di kawasan Asia Tenggara.
Sebagai mercusuar peradaban dan tamadun Islam, Kesultanan Aceh Darussalam telah dikenal luas di seluruh dunia sejak berabad-abad lalu, dan menjadi pusat pembelajaran internasional.
Dalam rangka mengembalikan kejayaan Aceh sebagai pusat pendidikan dunia, Cucu Sultan Aceh telah menjalin kerja sama di bidang pendidikan dengan berbagai negara sahabat, serta mengundang para pelajar dari negara-negara tersebut untuk datang dan menuntut ilmu di Aceh Darussalam.
Untuk mendukung hal tersebut, telah disediakan program beasiswa bagi pelajar asing yang ingin melanjutkan pendidikan di berbagai perguruan tinggi di seluruh Aceh.
"Selain program-program beasiswa bagi mahasiswa asal Aceh yang telah berjalan selama ini, kini tersedia pula beasiswa bagi para pelajar dari negara-negara sahabat yang ingin belajar di Aceh," terang Cucu Sultan Aceh.
Salah satu program nyata yang telah berjalan adalah hasil dari kunjungan silaturahmi Cucu Sultan Aceh Darussalam ke keluarga Kerajaan Pattani Darussalam di Thailand pada tahun 2023 lalu. Silaturahmi tersebut kemudian dilanjutkan dengan kerja sama dalam berbagai bidang antara Aceh dan Pattani.
Di antaranya adalah di bidang pendidikan. Pada tahun 2024 lalu, sejumlah mahasiswa asal Pattani, Thailand, telah datang melanjutkan studi ke Aceh melalui program "Beasiswa dari Aceh untuk Pattani". Kini, para mahasiswa tersebut telah memasuki tahun kedua masa studi mereka.
"Hubungan persahabatan antara Aceh Darussalam dan Pattani Darussalam telah berlangsung selama ratusan tahun. Program ini semakin mempererat tali persaudaraan yang tak lekang oleh waktu," ujar Cucu Sultan Aceh.
"Tahun 2025 ini, program beasiswa bagi calon mahasiswa baru asal Pattani, Thailand, tetap dilanjutkan. Program ini juga terbuka bagi pelajar dari negara-negara sahabat lainnya yang ingin menempuh pendidikan tinggi di Aceh. Insya Allah, program ini akan terus dilaksanakan setiap tahunnya demi mengundang lebih banyak pelajar internasional ke Aceh," tambahnya.
Beasiswa ini tersedia di berbagai perguruan tinggi di Aceh, antara lain Universitas Serambi Mekkah (USM), Politeknik Aceh, Universitas Muhammadiyah (Unmuha), Politeknik Aceh-Venezuela, Universitas Teuku Umar (UTU) Meulaboh, Akademi Perawat Teungku Fakinah, dan lainnya.
"Bangsa Aceh adalah bangsa yang besar, yang telah melahirkan banyak tokoh pendidikan dan penyebar Islam di Asia Tenggara. Mereka adalah para tokoh agung yang telah membentuk peradaban dunia," tegas Cucu Sultan Aceh.
Sebagai Pemimpin Darud Donya, beliau berharap agar cita-cita luhur untuk menjadikan Aceh kembali sebagai pusat pendidikan dunia terus digaungkan dan diperjuangkan oleh seluruh rakyat dan bangsa Aceh.
Sistem pendidikan Kesultanan Aceh Darussalam tidak mengenal batas usia, dan mewajibkan seluruh bangsa Aceh — baik laki-laki maupun perempuan — untuk terus belajar dan menuntut ilmu hingga ke liang lahat.
Strategi pendidikan di masa Kesultanan telah dirancang secara komprehensif oleh para sultan dan alim ulama selama ratusan tahun. Sistem pendidikan bahkan dimulai sejak anak-anak Aceh masih dalam kandungan, dan terus berlanjut hingga akhir hayat.
Aceh Darussalam dikenal sebagai negeri para ulama dan aulia — pusat pelajar dunia. Para penuntut ilmu dari berbagai penjuru dunia datang ke Aceh untuk mempelajari berbagai disiplin ilmu di seluruh perguruan tinggi di Tanah Rencong.
Salah satu lembaga pendidikan tinggi paling termasyhur pada masa itu adalah Jami’ah Baiturrahman yang terletak di ibu kota negara Aceh, Banda Aceh. Jami’ah ini menjadi satu kesatuan dengan Masjid Raya Baiturrahman. Para sultan mendatangkan guru-guru dan alim ulama terkemuka dari berbagai belahan dunia untuk mengajar di Aceh.
Jami’ah Baiturrahman memiliki berbagai Daar atau fakultas, antara lain:
Daar al-Tafsir wa al-Hadits (Tafsir dan Hadits)
Daar al-Thibb (Kedokteran)
Daar al-Kimya (Kimia)
Daar al-Taarikh (Sejarah)
Daar al-Hisaab (Ilmu Pasti)
Daar al-Siyasah (Politik)
Daar al-Aqli (Ilmu Akal)
Daar al-Zira’ah (Pertanian)
Daar al-Ahkaam (Hukum)
Daar al-Falsafah (Filsafat)
Daar al-Kalaam (Teologi)
Daar al-Wizaraah (Pemerintahan dan Tata Negara)
Daar Khazaanah Bait al-Maal (Keuangan dan Perbendaharaan Negara)
Daar al-Ardhi (Pertambangan)
Daar al-Nahwi (Bahasa Arab)
Daar al-Mazahib (Ilmu-ilmu Agama)
Daar al-Harbi (Ilmu Peperangan)
Kesultanan Aceh Darussalam tidak hanya membangun sektor politik dan perdagangan, tetapi juga memperhatikan kemajuan intelektual dan pembinaan keimanan rakyat.
"Bagi Aceh, kepentingan negara dan agama Islam adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan!" tegas Cucu Sultan Aceh.
Hal ini ditegaskan dalam Kitab Induk Konstitusi Kesultanan Aceh Darussalam, Qanun Meukuta Alam, yang menyatakan bahwa hukum agama (syariat), adat, pertahanan, dan aturan kenegaraan wajib berpadu dalam penyelenggaraan negara.
“Hukum syar’i, adat syar’i, reusam syar’i, dan qanun syar’i — maka keempat hal tersebut merupakan bagian umum yang tidak boleh tidak ada dalam agama Islam.”
Qanun Meukuta Alam juga menegaskan bahwa Al-Qur'an, Hadis, Ijma’, dan Qiyas adalah sumber hukum utama di Kesultanan Aceh Darussalam — termasuk dalam sektor pendidikan.
Penyelenggaraan pendidikan di Aceh berlandaskan ajaran Islam, dengan tujuan akhir yang jelas: membentuk manusia yang mampu menjalankan syariat Islam dalam seluruh aspek kehidupan, demi meraih rahmat Allah Azza wa Jalla.
"Kesultanan Aceh Darussalam telah memberikan keteladanan dalam bidang pendidikan. Sistem pendidikan Aceh memiliki fondasi yang kokoh dan tujuan yang mulia, yaitu: ISLAM!" pungkas Cucu Sultan Aceh.(MG)

